Sabtu, 10 Desember 2011

benang

my first duty to write a gripping yarn. second is to convey credible characters who make you feel what they feel. only third comes the idea. -karen allen


kakek pernah bilang, rumah itu berjiwa. Saat rumah berisi, jiwanya menyatu dengan penghuninya. saat kosong, ia mencari pasangan jiwanya sendiri. Kakek bilang, laba-laba adalah pasangan jiwa rumah-rumah yang tak berpenghuni.

sedari kecil saya selalu takjub pada laba-laba yang pintar menenun jejaringnya. bukan karena dongeng manusia laba-laba berbaju merah biru, tetapi karena keakraban saya pada gubuk kecil di belakang rumah kami. gubuk itu hanya dihuni benda-benda usang yang dikeluarkan dari rumah kami. lalu laba-laba memenuhinya, menyulam benangnya memenuhi setiap ruang di gubuk itu.

benang-benang itu kuat sekali, seolah melindungi sesuatu, bahkan saya tak pernah bisa menembusnya. saya sering menjumpai mahluk-mahluk lain tersesat di benang-benang itu. saat gelap, saya sering menjumpainya berpendar, petanda kunang-kunang tersesat terjebak di dalamnya.

the web of our life is of a mingled yarn, good and ill together – shakespeare

benang adalah kehidupan, demikian kata laba-laba itu, ia menjadi rumah, menjadi ladang nafkah, menjadi senjata untuk membela diri. Semakin kuat dan banyak benang yang dihasilkan, semakin amanlah hidup.

benang dan hidup, saya menjumpainya lagi. seperti halnya laba-laba, kami tak bisa lepas dari benang. karena benang adalah piknik. saat keruwetan benang yang bermula di jemari sedikit demi sedikit menjadi jejaring, menjadi bentuk-bentuk tak tepermanai, ia menjadi liburan terindah.

benang adalah jeda jernih, lalu ia menenun dirinya sendiri. menjadi kopiah, menjadi baju, lalu menjadi sajadah kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar