Minggu, 11 Desember 2011

canopus

Ini desember, tempat segala cita-cita bermuara. Jika tahun adalah penanda siklus, maka desember adalah ujung sungai dengan 365 kelok, sebelum menyempit menuju air terjun berikutnya. Kita akan terjun dengan sukaria jika semua harap sudah mewujud, sebaliknya ingin berenang bertarung dengan arus, menunda hanyut menunggu mimpi maujud.

Desember adalah bulan canopus, saya masuk kamar gemintang itu untuk mengaiigumi kecantikan canopus yang bersinar terang, dengan seribu butir tasbih berlapis marjan. Lalu lelaki kecil -yang kemudian menjadi sahabat- ini bercerita tentangnya.

Desember muda, demikian katanya, saat bersiap melihat istana pualam putih sang canopus, karena jika kita tak siap, bisa mati dalam takjub, lalu menunggu desember berikutnya untuk kembali hidup.

Dalam timaeus, plato bertutur canopus adalah sembahan kaum atlantis, terangnya menafsir kemegahan dunia atas, gunung emas antariksa.
Lelaki kecil itu menggeser butiran tasbih bermerjan itu pada canopus, membentuk formasi astakona, seperti jembatan bintang. Lalu sekonyong-konyong membuih, seperti pusaran cahaya. Dari pusatnya keluar kabut-kabut halus, membuat saya terpana. Lalu kabut itu mewujud kuda-kudah putih cemerlang, seperti unicorn dengan tanduk yang memancarkan bebunyian, seperti nina bobo, sedemikian merdu, membuat saya tidur, lelap.Kepak lelawa pulang terdengar dari kebun. Tandanya hari sudah pagi.

1 komentar:

  1. canopus adalah bintang sirkumpolar yang jarang sekali nampak, akankah 28/29 desember ini kita beruntung beradu pandang dengan pendar emasnya? :)
    seperti helen of troy yang diselamatkan menelaus, akankah harapan tahun depan ditandai dengan penglihatan akan kegemilangan?
    semoga saja...

    BalasHapus